Friday, May 7, 2010

Meniti Kura-Kura

Hari ini hari dimana langit tetap menjadi atap manusia hidup di bumi. Langit yang bersikukuh tidak memberitahukan kapan ia akan absen.

Ada seorang bapak. Ia merupakan pedagang yang memangggul barang dagangannya. Tampaknya ia kelelahan. Tersadar dari wajahnya yang pucat.

Kemudian aku berpikir, mungkinkah ia adalah seorang bapak yang bekerja keras untuk kehidupan keluarganya?

Apakah ia adalah seorang bapak yang ingin melihat anak-anaknya tetap tersenyum ketika ingin berangkat sekolah?

Jika ia adalah ayahku, tentu ia akan kecewa melihatku yang hidup tanpa pola.

Jika ia adalah ayahku, tentu ia akan merasa sia-sia.

heu...

Dulu ayahku sering memerhatikanku saat berjalan. Dan mengatakan, "Mba, berjalanlah yang tegak !"
Saat itu aku hanya mengiyakan.
Setelah beberapa tahun, barulah aku tersadar makna dari kata itu.

'Tegak'

Bukan hanya berjalan tegak tanpa arti.

Tetapi,

Ketika kau rela meninggalkan orang tua demi mencapai cita-citamu

Ketika kau harus tegar meniti masalah-masalah dalam langkahmu.

Ketika kau harus bisa hidup mandiri dengan keadaan yang jauh dari aslimu

Di saat-saat itulah, kau harus bisa terlihat tegak. Menandakan bahwa kau seorang yang kuat dan selalu bersemangat. Di saat yang lain, ketika kau berdua dengan Sang Pemilik Nyawamu, hilangkanlah 'tegak' itu. Karena saat itu, tiba-tiba kau menjadi seseorang yang sangat lemah dan rapuh.
Sekarang, aku belum dapat melakukan itu.
Berjalanku tidak, justru terlihat seperti kura-kura yang lemas, tidak bersemangat,...

Bahkan kura-kura saja dapat mengalahkan lawannya dalam perlombaan lari.
Orang tua adalah anugerah yang tidak pernah kita minta sebelumnya tetapi Allah yang memberikannya. Yang kita tahu, masih ada yang mendendangkan adzan di telinga kita, masih ada ibu yang mengantarkan sekolah, masih ada orang tua yang jelas-jelas selalu menyantumkan kita dalam setiap doa mereka.
Rasa cintanya tidak hanya berucap bahwa aku sayang padamu, tetapi pada setiap detik yang ia jalan.

Sebelum masanya berakhir, aku tidak ingin menjadi kura-kura yang lemah, ragu-ragu dan bodoh, tetapi menjadi kura-kura yang bangkit dan selalu bersemangat, terus berlari menuju cita-cita. Kemudian akan selalu berusaha untuk mengembangkan senyum ayah dan ibu.... Selalu mengembang....



I love U Mom
I love U Dad

-Alhamdulillah-

Monday, April 19, 2010

Ada Apa dengan Waktumu?



Pernah suatu hari, seorang ayah memberitahu anaknya yang tengah asyik bermain game dalam handphonenya.

“Nak, jangan kau habiskan waktu hanya dengan bermain game ! jika memang kau mempunyai waktu luang, habiskanlah dengan berdzikir. Bukankah hal itu lebih bermanfaat.”

Mendengar penjelasannya si anak hanya mampu tersenyum.

Ayah tersebut melanjutkan,”Betapa berartinya waktu jika di setiap saat kau selalu ingat denganNya. Misalnya ketika kau sedang berada dalam kendaraan, berdzikirlah, agar kau sabar.

Hal tersebut sebenarnya masih sangat kecil jika dibandingkan seorang muslim harus selalu menghadirkan Allah dalam hatinya.
Paling tidak kita berusaha untuk tidak melupakanNya terlalu sering.”

Hidup itu seperti bergeraknya jarum jam menunjukkan waktu. Hidup itu memang tidak penuh arti tetapi bagaimana kita memaknai hidup yang diberikanNya, menjadikannya berarti bukan disia-siakan.

Seperti saat kita mempunyai banyak pekerjaan maka kita akan bermain dengan waktu. Bukankah kita kadang menyalahkan waktu.

Mengapa waktu terasa cepat saat kita sedang ujian sedang kita masih berpikir?

Mengapa satu minggu itu terasa cepat sedang tugas-tugas ini masih menumpuk bahkan bertambah menumpuk?

Semua itu adalah bagaimana kita menghargai dan mengoptimalkan waktu. Waktu tidak pernah berjalan cepat atau lambat, ia berjalan berdasarkan aturan yang dari awal diciptakan. Dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dua belas bulan dalam setahun, dan sebagainya, semuanya sudah jadi patokan waktu dalam hidupkita, bukan?

Sekali pernah ketika melihat seorang anak kecil yang berlari-lari, aku langsung berpikir ke belakang tentang masa itu. Rasanya harus dapat dikatakan bahwa saat itu kenakalanku yang merajalela dan sering membuat repot orang tua. Tapi, itulah anak kecil yang mempunyai kepolosan, kebebasan, semuanya berjalan seakan-akan tanpa beban. Sekarang perjalanan pun dilanjutkan bersama waktu membuat orang semakin dewasa baik fisik maupun pemikirannya. Jadi, betapa waktu itu sebuah anugerah….
Bagaimanapun, hari ini lihat diri kita ke sebuah cermin.



“Hai…itulah dirimu hari ini.
Masih keren…
Masih cantik…
Tapi, bagaimana dengan esok, esok, dan esok selanjutnya?
Apa kau bisa melihat dirimu lagi seperti ini di cermin?
Apa kau bisa menjamin, saat kau lihat dirimu lagi di cermin, kau bertambah lebih baik?

Perihal apa kau dapat melihat dirimu lagi seperti ini di cermin tak perlu risaukan karena itu bukan urusanmu melainkan Dia Yang Maha Menentukan.

Yang terpenting adalah buatlah jaminan dan impian jika kau dapat menjadi lebih baik dari saat ini kau bercermin.

Tak ada kata menyerah, pesimis,….
Berjuang.
Semua hanya ada SemangKA. Semangat Karena Allah swt.”

Wednesday, March 31, 2010

Hoping The Best Something

Suatu hari,ada dua orang sahabat yang tengah menunggu panggilan pekerjaan. Ya, beberapa hari kemarin mereka berdua telah menaruh berkas lamaran ke beberapa perusahaan,namun entahlah sudah berjalan selama seminggu,tidak juga telepon berdering memberitahukan keberhasilan mereka.

“Fan,gimana nih?!”

“Gimana apanya,Ya?”

“Aneh,ga ada salah satu perusahaan pun yang nelpon kita.”

Fanny hanya tertawa kecil.

“Mungkin kita belum layak kerja di sana”,jawabnya santai.
Raya mengerutkan keningnya,“Aku heran ma kamu, Fan. Kamu santai banget gitu. Tenang banget,seakan-akan ga diterima kerja lagi juga ga papa.”

“Emang aku harus ngapain? Lagian sekarang aku masih bisa kerja,jadi aku tinggal usaha lebih keras aja buat nyari pekerjaan yang lebih baik.”

“Beeeeuh,jadi penjaga perpustakaan! Fanny,gajinya ga seberapa tahu!”

Fanny tersenyum,“Ga tahu ya, aku fun-fun jja kerja di sana.” Ia menghela napas,”Prinsip aku sih, aku cuman bisa usaha dan tetep berusaha, setelah itu aku serahin semuanya ma Allah. Dan permintaan aku pun bukan minta apa yang pengen aku dapetin melainkan aku ingin Allah ngasih apapun yang terbaik buat aku. Ikhlas…. Toh, hal yang menurut kita baik,belum tentu hal itu baik menurut Allah. Sebaliknya,hal yang baik menurut Allah,pasti baik juga buat kita. Sekali pun hal itu bukan keinginan kita.”

Anak Perempuan Berponi




“Terkadang,jika aku melihat senyum tulus anak-anak yang hidupnya tidak seberuntung kita,ingin rasanya aku tetap dan terus memandangnya. Kelak jika senyum itu pudar, aku akan segera berjalan ke sampingnya dan menghiburnya agar ia tak bersedih lagi.”

Sewaktu menaiki angkot,ada seorang anak kecil yang ikut juga ke angkot itu. Dia adalah seorang pengamen jalanan. Aku ingat, dia memakai kaos merah, rambutnya yang panjang itu berponi dan dikepang di belakang. Saat menyanyikan salah satu lagu milik ST12(kalau tidak salah….), suaranya serak seakan-akan sudah terlalu sering ia menyanyi.
Ironis ya…?

Salah satu sisi, mereka seharusnya bermain-main bersama teman-teman sebayanya di sekolah atau di rumahnya. Nyatanya,hari-hari berharga itu diganti dengan kelengkapannya sebagai manusia jalanan yang penuh dengan bahaya.

Ahah,ada sebuah cerita lagi, saat itu aku sedang menunggu seorang teman,kemudian aku melihat seorang ibu dan dua orang anaknya. Anak yang pertama ia gendong karena masih bayi dan seorang anak perempuan berambut pendek berponi tengah berdiri sambil membawa sebuah gelas plastic kecil. Hehe…. Tahu khan maksudnya?

Ya, anak perempuan itu disuruh untuk meminta-minta kepada pengunjung sebuah masjid. Kemudian, saat ada orang yang memberinya uang, anak itu melihat ibunya. Dan ketika aku mengikuti pandangan anak itu, ibunya tersenyum sambil menunjukkan giginya yang rapi. Beberapa saat kemudian, ada seorang mahasiswa yang memberikan salah satu dagangan makanannya kepada anak itu(kalau tidak salah,ia memberikan satu martabak sayur).

Ternyata…eh…ternyata….

Anak itu memberikan makanan yang begitu kecil menurutku itu,kepada ibunya. Ibunya menyuruhnya untuk menghabiskannya,namun ditolak oleh anak perempuan itu. Dengan cepat,ibunya memasukkan makanan tersebut ke dalam tas.
Aaah, membuat miris hate….

Dengan makanan itu, kita mungkin memakannya tanpa rasa beban sedikitpun. Namun, di balik kehidupan kita, tercipta kehidupan-kehidupan orang-orang yang seperti itu bahkan lebih ‘mengiris’ lagi keadaannya.

Terkadang kehidupan terlihat tidak adil ya?

Hanya saja, inilah yang disebut kehidupan. Toh, hidup di dunia ini tidak selamanya bersanding dengan harta dan kenikmatan, tetapi bagaimana cara kita panen kebaikan di dunia ini. Terhadap mereka, mungkin kita mengalihkan sedikit perhatian kepada mereka, dengan cara tetap menghargai,membantu dan menyayangi mereka.
Dan hargai juga apa yang ada di sekeliling kita, kadang manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas,akan mencari sesuatu yang baru dan ‘wah’. Boleh…asalkan jangan sampai sifat ini mengontrol kita menjadi manusia yang rakus dan egois.
Balik lagi….

Ketika anak perempuan berponi itu berpikir-pikir dulu untuk memakan sepotong martabak sayur karena ada ibu dan adiknya yang tidak memakannya, hal itu menjadikan kita berpikir akan penghargaan terhadap makanan. Hehe…. Saat menghadapi makanan,renungi bahwa Allah masih memberi kita kenikamatan lewat makanan itu, bersyukurlah dan bacalah doa sebelum kita makan. Dan jangan berlebih-lebihan memanjakan perut ya…. He3x.

Wallahu a’lam bish shawwab.

Tuesday, March 23, 2010

Bilangan Waktu

Perhatikan (manfaat) lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu:
1. Hidupmu sebelum matimu
2. Kesehatanmu sebelum sakitmu
3. Kesempatanmu sebelum sempit/repotmu
4. Mudamu sebelum tuamu
5. Kayamu sebelum miskinmu

(H.R. HAKIM)

Ternyata waktu yang tersedia tidak sebanding dengan apa yang harus kita kerjakan. Banyak hal dalam waktu tersebut yang harusnya kita dapat mengoptimalkan keberadaannya dengan melakukan sesuatu yang lebih bermakna, tetapi yang ada justru kita terlalu banyak memainkan peran yang tidak penting dan tidak bermakna bagi kebaikan.

Semua ini baru aku rasakan setelah tidur menghabiskan banyak jam dalam sehari, rasanya memang enak karena kita dapat melupakan masalah/peer yang susah (mungkin), namun ketika bangun, tetap saja masalah itu tetap ada di hadapan karena aku tidak bisa menyelesaikannya dalam tidur. Seolah-olah mereka memarahiku karena aku menghindarinya.

Mungkin ketika kita mempunyai rencana-rencana yang letaknya masih jauh hari dari hari ini kemudian kita hanya mengatakan, “Aah, masih lama. Dua minggu lagi.” Keputusannya pun, kita terbuai dengan kesantai-santaian. Padahal siapa yang mengetahui misteri waktu, melainkan Allah swt. Kita adalah manusia yang setiap detik itu diusahakan untuk tetap menjunjung tinggi sebuah kemaknaan.

Hiduplah agar kita bermakna di hadapanNya. Maknailah hidup dengan membuatNya tersenyum selalu dengan perbuatan yang kita lakukan. Kita memang bukan seseorang yang sempurna, melainkan seseorang yang mempunyai banyak salah, namun di sinilah ujian kita, bagaimana kita tetap berusaha keras, memperbaiki diri, memperbanyak kebaikan, memperbanyak karya, dan masih banyak lainnya.

Bingkai Renungan

Suatu hari, ada dua orang pelayan di sebuah toko roti yang tengah menunggu kedatangan pembeli.

“Dhis….”, Tanya seorang di antara mereka.

“Ya.”, jawab Dhisa.

“Aku boleh nanya ga?”

Dhisa mengiyakan sembari tersenyum.

“Kenapa ya mata kamu merah?”,Tanya Fera.

“Merah?”

“Iya. Kayak orang yang abis nangis gitu.”

“Ooo…mungkin karena aku terlalu sering begadang.”

“Gitu ya? Hehe…. Jangan terlalu sering begadang dong, Neng.”,ucapnya sembari melangkah ke arah dapur.

Kemudian malamnya, di kamar Dhisa, ketika jam dinding kamarnya menunjukkan pukul 20.00 WIB, ia mengingat kembali pertanyaan Fera tadi pagi. Ia tersenyum. Kemudian ia menyetel kaset murottal Quran. Ia bergumam,

“Bagaimana aku tak menangis setiap malam bahkan setiap aku ingin menangis setiap menatap diriku di cermin. Di dunia ini saja aku selalu merepotkan orang tuaku. Aku mengecewakan mereka. Rasanya ingin cepat-cepat membuat mereka tersenyum dengan sebuah kesuksesan. Sedang waktu akan terus berjalan dan melihat betapa bertambah bodohnya aku.

Huh…. Belum lagi ketika aku merindukan Rabb-ku dan Rasul-ku. Aku ingin bertemu mereka. Aku ingin bertemu mereka di surga, di tengah pemandangan-pemandangan yang tak akan pernah terbayang oleh imajinasiku. Walaupun apakah mungkin dengan kelalaianku selama ini.
Lagi-lagi hanya kalimat inilah yang membuat aku tersenyum setelah menangis. Aku ingin berjuang dan terus berjuang. Supaya semua cita-citaku, dunia dan akhirat, itu terwujud.”

=oOo=

MASIH ADAKAH PAGI UNTUKKU



“Tha, pagi ini gimana? Badannya dah enakan sekarang?”,Tanya Emi.

“Iya, Mi.”,jawab Bitha dengan lemas.

“Mau kuliah?”

Bitha mengangguk.

“Beneran?!”

“Iya.”

“Ih Tha, ntar kalo kamu pingsan di jalan gimana?”

“Aku udah sehat kok, Mi.” jawabnya meyakinkan.

Bitha pun berangkat dengan berjalan kaki karena jarak kosannya dengan kampus tidak terlalu jauh.

Di tengah perjalanan, seseorang memanggilnya dari arah belakang.

“Tha !!!”

Bitha memalingkan wajahnya ke orang itu. Ia mengerutkan dahi.

“Udah sembuh, Tha?”

Bitha tersenyum.

“Emang sakit apa?”,tanyanya lagi.

“Flu.”, jawabnya singkat.

“Masa flu ga berangkat tiga hari sih?”

“Makanya jangan banyak tanya. Aku lagi bad mood, Ri.”

“Oooh.”

Kemudian suasana di jalan itu teramat kikuk. Hanya udara bergerak menerpa wajah keduanya.

“Tha, setiap pagi itu bisa diibaratin kayak hadiah. Coba aja kamu rasain, udara yang dapat kita hirup dengan gratis, angin yang kadang sejuk dan kadang dingin, pohon-pohon yang berkicau. Huuuh, subhanallah. Makanya, Tha, kamu harus tetp bersemangat walaupun masalah kamu banyak, berat.”

“Ngomong memang gampang, Ri.”

“Lalu, sebagai orang yang bukan kamu, aku cuman bisa nyemangatin kamu. Kalau aku bisa, aku mau gantiin kamu pas kamu ngedown.”

Bitha tersenyum. Kamudian ia mengatakan, “Apa masih ada pagi lagi buat cewek penyakitan, bodoh, males kayak aku?”

“Ih Sahabat aku kok gini sih? Dengerin ya, sekarang di kenyataannya, seorang Bitha itu hidup. Tinggal bagaimana usaha kamu mbuat hidup berarti. Selama kamu sadar kalo setiap pagi sahabat-sahabat kamu dan orang –orang yang kamu sayang tersenyum buat kamu, bahkan selalu ada Allah yang selalu cinta ma semua hambaNya, kamu bakal terus semangat karena kamu ga mau ngecewain senyum mereka dan nyia-nyiain cinta Illahi.

Dan satu lagi, bukan persoalan, besok kamu masih bisa ngelihat pagi atau ngga melainkan bagaimana kamu menjadikan setiap pagi, setiap hari, dari hidup kamu itu berarti buat kebaikan.”

Wednesday, February 17, 2010

Untitled

Terkadang, siapapun dapat mengalami masa tersulit dalam hidupnya. Banyak yang dapat dijadikan contoh, yang jelas masa itu benar-benar membuat kita sedih, kecewa, bahkan menangis. mungkin ada yang di masa itu, bukannya kesulitan itu dihadapi melainkan kita melirik kanan dan kiri untuk mencari tempat persembunyian. maksudnya, supaya aman, tentram, damai, dan sejahtera. Hmmm, apa iya seperti itu ? Berhasil? karena ini bukan tebak-tebakan maka jawabanya adalah ‘tidak’.

Bukan persembunyian yang kita butuhkan kala itu melainkan persiapan. Yupz, persiapan untuk menghadapi atau berperang dengan kesulitan/masalah itu. Berat kah? menurutku, ‘ya’. Namun, ini jauh lebih baik jika dibandingkan kita bersembunyi.

Ada sebuah cerita seperti ini….

Ada seorang gadis yang hidup sendiri di rumah kecilnya. Pada malam hari, ia melihat setumpuk pakaian kotor di keranjang cucinya. Dalam benaknya, ia akan mencucinya besok pagi sebelum sekolah. Kemudian, ia pun tidur. Keesokan paginya, ia terbangun oleh adzan shubuh. Telinganya mendengar, nemun udara yang dingin membuatnya tetap bersama baju hangat dan selimut tebalnya, ‘Dingin….’. la melihat jam dinding, namun tetap berkata, ‘Dingin….’. Akhirnya ia pun tertidur lagi menemani dan memuaskan kenyamanannya. Saat ia terbangun, matahari telah bersinar di sela-sela ventilasi udara. Setengah sadar, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul enam pagi.

‘Waaaaaaaah…….!!!!!!!’

Lihatlah apa yang terjadi: bangun kesiangan, tidak sholat shubuh, pakaian-pakaian kotor yang tetap ditumpuk, mungkin terlambat masih kelas jika jarak rumah dan sekolahnya lumayan jauh,….

Dengan ini, sebuah kehangatan baju hangat dan selimut tebal di musim dingin memang sangat membuat kita nyaman, namun saat kita tahu bahwa di luar sana ada sesuatu pekerjaan/hal apapun yang harus dilakukan maka beranjaklah dari kehangatan itu. lawanlah rasa ‘dingin’ itu. Tidak selamanya kesulitan itu membuka kartu-kartu kelemahan kita, justru ia tengah membuktikkan, ‘Seberapa kuat kau bertahan dalam dinginnya dunia.’ semua itu tergantung kita yang mananggapi.

Memang, tak mudah menaklukan masalah/kesulitan manapun -apalagi jika persoalan yang mungkin benar-benar berat- hanya saja, kita perlu mengetahui bahwa jika kita tidak melawannya, kita tetap mempertahankan kenyamanan yang sebenarnya sementara itu, sedangkan waktu akan senantiasa bergulir tanpa menghiraukan kita menjadi seorang pengecut atau pemberani, maka saat itulah tujuan/cita-cita/impian kita menjadi terhambat, bahkan bisa jadi semua itu memang hanya bisa kita angan-angankan.

Aku pernah membaca buku yang berjudul ‘9 Things You Simply must Do to Succeed in Love and Life’ karya Dr. Henry Cloud. Di sana ia mengemukakan sembilan hal sederhana yang sebenarnya mungkin dapat kita lakukan, namun hal-hal tersebut justru tidak pernah terimplikasi oleh kita. pada salah satu prinsip dari sembilan prinsip yaitu bertindaklah seperti semut. di sana diceritakan bahwa pada saat penulis mendapat kesulitan terhadap pengerjaan disertasinya, ia mendapat inspirasi hanya dengan mengamati semut. kalian tahu bagaimana semut berkerja membangun gundukan-gundukan pasir sebagai sarangnya. Bagi kita mungkin biasa, namun bagi semut, hal itu seperti membangun sebuah gunung yang tinggi. Dari pembangunan itulah, penulis buku itu mengetahui bahwa dalam pembangunannya, setiap semut hanya membawa sebutir pasir. Bayangkan hanya dengan butir demi butir pasir yang ia bawa hingga terbentuklah gunungan sarang itu.

Penulis tersenyum.

la memang tidak mungkin mengerjakan disertasinya dengan cepat, tanpa ada sebuah langkah-langlah kecil yang harus ia lakukan bersamaan persahabatannya dengan waktu. Akhirnya, ia mulai menapaki langkah kecil seperti menelepon seseorang tentang topik yang akan diriset, berbicara dengannya, dan langkah lainnya.
Sampai akhirnya, muncullah disertasi di genggaman tangannya. Hal yang tampaknya mustahil, kini benar-benar tidak mustahil.

Kata Henry Ford, “Tidak ada yang terlalu sulit kalau Anda menjabarkannya menjadi tugas-tugas kecil.”

Jangan menganggap bahwa sebuah hal yang kecil adalah sepele. Jika pada saat semut membawa hanya sebutir pasir serta mengatakan bahwa, apa arti dari sebutir pasir ? lalu ia melupakannya dan menyerah maka gunungan pasir sebagai sarang semut tidak akan pernah ada. Oleh karena jauhilah, sikap berpikir pendek seperti demikian. Pemikir seperti itu bukan orang yang menginginkan kesuksesan melalui kerja keras melainkan hanya mengandalkan waktu yang singkat.

So, pada hakikatnya, ketakutan sejati adalah kepada Allah SWT, bukan pada menusuknya persoalan dunia. Yakinlah persoalan apapun di dunia ini dapat kita selesaikan.

Lihatlah sekeliling kita, begitu banyak yang tersenyum dan kebaikan-kebaikan yang senantiasa ia hamburkan kepada kita agar kita selalu bahagia dan bersemangat. Satu lagi, ketika kita merasa bahwa persoalan/kesulitan/masalah benar-benar menjadi kerikil yang memerihkan hati, lakukanlah hal-hal yang kecil, misalnya jalan-jalan menikmati keagunganNya, seperti di taman bunga, hmm…yang lebih keren lagi, berdoalah, ingatlah Allah SWT.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dari hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar Rad: 28)

TRYING TO TRY AGAIN



Waktu itu, setibanya di rumah kecilku alias kosan, aku membaca buku yang telah aku pinjam beberapa hari yang lalu dari perpustakaan sambil memakan keripik pisang. Ada hal-hal yang menyenangkan dari buku yang berjudul How To Be Michael Jordan karangan Pat Williams bersama Michael Weinreb. Entahlah, apa alasan aku meminjam buku itu, yang jelas tidak semua lembaran-lembaran halaman buku itu telah selesai aku baca bahkan saat aku menulis tulisan ini. Hee….

Pada bab empat bertemakan perjuangan, ada kata-kata Michael Jordan tentang kegigihan yaitu, “Halangan tidak boleh menghentikan langkah. jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya, atau mengitarinya.”

Kemudian, pada buku itu, ada seorang nelayan bernama Ted Williams mengatakan bahwa, “Diperlukan rata-rata empat ratus kali lemparan untuk menangkap seekor ikan salmon Atlantis -bahkan bisa sampai enam ratus kali. Namun, Anda memiliki harapan bahwa setiap lemparan akan berhasil.”

Hal yang paling meresap adalah bahwa orang-orang hebat yang telah terukir namanya di dunia merupakan orang yang sama seperti kita. Mereka tak jarang dicela dan dicemooh karyanya oleh banyak orang. Namun, apa mereka menyerah? Ternyata tidak. itulah kegigihan mereka untuk mendapatkan impian mereka. Jika pada saat mereka gagal, mereka menyerah maka ‘kita dan sejarah’ tidak akan pernah mengenal mereka. Terkadang mungkin kegagalanlah yang membuat kita lelah untuk meraih apa yang kita impikan. Kegagalan memang wajar karena usaha kita memang hak kita tetapi menentukan adalah hak mutlak Allah. Jadi, jangan berpikir bahwa sekali gagal, kita akan selalu kalah atau tak akan pernah menikmati sinar matahari lagi alias menjadi seorang pemenang.

Selain itu, kemenangan sejati yaitu saat kita bangun dari kegagalan.

Sebuah penelitian Asosiasi Penjual Retail Nasional yang aku baca di buku itu menunjukkan bahwa:
48 % pebisnis menelepon sekali, lalu berhenti.
25 % menelepon dua kali, lalu berhenti.
15 % menelepon tiga kali, lalu berhenti.
12 % menelepon berulang-ulang hingga berhasil_ merekalah yang menguasai 80 % pangsa pasar.

Hahaha….

Mencoba memang sebuah kata yang mudah diucapkan oleh semua orang di dunia ini, namun hanya sebagian kecil orang yang mampu melakukannya. Beberapa kali kita mencoba dengan cara yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan dan ketika kita mengetahui caranya tetap salah, maka kita tahu bahwa cara itu salah serta mengusahakan plus mengaharapkan sebuah cara yang lain yang suatu saat benar. itulah sebuah kegigihan seperti petikan cerita Thomas Alfa Edison berikut, orang yang dianggap gila karena bermimpi untuk menyalakan dunia ? Ada adegan sebelum Edison sukses menemukan lampu listrik yang telah benar-benar dikenang oleh dunia,

“Seribu hal sudah kita coba, namun tetap saja nihil,” kata rekan Edison.

“Setidaknya kita telah berhasil mengetahui ada seribu cara yang salah,” kata Edison.
Kemudian melanjutkan,”kuncinya adalah terus mencoba hingga yang ke seribu satu !!”
Itulah pemikiran seorang pemenang. Tidak ada kata mustahil selama tujuannya adalah sebuah kebaikan dirinya dan orang lain.

Seorang pengarang bernama B. C. Forbes mengatakan , “Sejarah menunjukkan bahwa para bintang selalu menghadapi tantangan yang sangat keras sebelum akhirnya mereka berhasil keluar sebagai pemenang. Mereka menang karena menolak menyerah oleh kekalahan yang pernah mereka alami.”

So, mulai saat ini, jauhkan diri kita dari keputusasaan serta sibukkan diri ini dengan melakukan perbaikan diri. Jika kita mempunyai mimpi, jangan berhenti lantas kita memvonisnya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Monday, February 1, 2010

MUTIARAKU, JANGAN KALIAN TERLEPAS DARIKU…!

Nih, kali ini aku lagi me-review perjalanan hidup aku. Bahasa kerennya sih muhasabah…. Apalagi sambil ngedengerin lagu mantapnya Edcoustic yang judulnya muhasabah Cinta.

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari Mu
Kupasrahkan semua pada Mu

Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini ku harapkan cinta Mu

Kata kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung do’a ku
Sakit yang kurasa biar
Jadi penawar dosaku

Butir butir cinta air mataku
Terlihat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Illahi Muhasabah cintaku

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan Mu

Aku selalu merasa kalau hidup memang aku sendiri yang menjalani serasa diberi kebebasan, namun seharusnya kita tahu bahwa di balik kebebasannya itu, ada jiwa yang bukan miliknya melainkan milik Illahi. jiwa yang kapanpun bisa Dia ambil. Ngga ada jaminan kita hidup satu jam atau satu menit ke depan karena sekali lagi ruh/jiwa ini bukan milik manusia manapun.

Ketika kita hidup, ketika itu pula lah sudah tercipta kapan kita meninggalkan dunia ini. kematian memang suatu misteri, namun ia merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi. jadi, tak perlu merisaukannya, hanya saja yang harus kita pikirkan, bagaimana cara kita meninggal? Sedang apa saat kita meninggal ? di mana tempat ketika saat itu tiba? Serta bagaimana keadaan kita ketika meninggal ?
Merinding ya kalau mendengarkan cerita kematian? Aku juga kadang-kadang sampai menitikkan airmata (halah…). “Tetep jja risau….”

Amannya, jagalah perbuatan kita untuk selalu dekat serta senantiasa mengingat asma Allah SWT. misal, ketika sholat…. Apa sholat kita selama ini, dari takbir hingga salam, semuanya dilakukan untuk Allah? Ehm, jujur deh…. minimalnya, hanya Allah-lah yang kita ingat saat kita sholat. Setuju? Susah?
Hehe….

Kemudian, aku teringat sebuah cerita yang dituturkan oleh seorang ustad saat menghadiri sebuah kajian bersama para sahabat.

Ada seorang raja dengan istananya yang sangat megah. Sang Raja tersebut memiliki kekayaan yang melimpah, namun ada sesuatu yang ia inginkan yaitu mutiara yang berada di dasar laut. Suatu hari, ia meminta seorang pria untuk menyelam dan membawakannya mutiara di dasar laut tersebut. Pria itu sangat pandai berenang, tetapi baru kali ini ia disuruh menyelami kehidupan laut sebenarnya. Jika ia berhasil memenuhi permintaan Sang Raja maka ia dapat meminta apapun yang ia inginkan.

Dilengkapinya sebelum menyelam dengan perlengkapan menyelam termasuk tabung oksigen. Beberapa menit kemudian, menyelamlah ia ke lautan. Pria itu pada awalnya tidak merasakan apapun kecuali kegelapan dan sunyinya laut, tetapi matanya terkagum-kagum setelah mencapai suatu wilayah dengan pemandangan yang luar biasa bagi dirinya. Di sana ada berbagai macam jenis ikan yang belum pernah ia temui sebelumnya, berenang ka sana ke mari. Ia juga manemukan terumbu karang yang sangat menakjubkan. Terlebih lagi pertemuannya dengan putri duyung yang mengajaknya bermain berkejar-kejaran.

Ternyata, ia melupakan tugas dari Sang Raja.

Setelah beberapa lama, sadarlah ia bahwa ia harus mengambil mutiara yang berada di dasar laut untuk Sang Raja. Dasar laut itu masih berada jauh dari tempatnya berada saat ini. Mengingat persediaan oksigen sudah semakin menipis, bergegaslah ia menyelam lebih dalam lagi. Setibanya di dasar laut pun, ia mengambil beberapa mutiara yang berada di sana dan dimasukkannya ke sebuah kantung dengan tergesa-gesa. menyadari persediaan oksigennya tinggal sedikit lagi, ia pun mulai berenang lagi ke permukaan dengan susah payah. Teryata, karena terburu-buru, ia tidak mengikat kantung mutiara-mutiara itu dengan kuat sehingga dalam perjalannya kembali ke permukaan, mutiara-mutiara itu pun terlepas satu per satu hingga tak tersisa satu pun.

Dan ia dapat muncul kembali di hadapan Sang Raja yang setia menunggunya. ketika ia hendak mengambil kantungnya, alangkah terkejutnya karena kantung itu kini kosong tanpa mutiara sebutir pun.

Akhirnya, ia pun tak mendapatkan balasan dari Sang Raja.
Cerita tersebut merupakan analogi kehidupan manusia. ha….

Nih,
• Sang Raja dalam cerita tidak lain adalah Allah SWT

• orang yang diperintah raja tersebut adalah manusia (kita gitu loh…)

• Sementara wilayah yang penuh dengan buaian kenikmatan tersebut adalah dunia

• mutiara sebagai amal

• mutiara yang terlepas adalah amal yang tidak sah dan sempurna

• Balasan yang akan diberi Sang Raja tidak lain adalah surga

lengkapnya seperti ini…

Sebelumnya, kita berada di alam ruh. Kemudian dengan izin Allah, ditiupkanlah ruh menuju alam rahim selama kurang lebih sembilan bulan. Kemudian dengan izin Allah pula lah, kita dapat lahir dan melihat dunia. di dunia memang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang mungkin menghanyutkan kita dan melupakan tugas sebenarnya di dunia ini yaitu mencari amal sebanyak-banyaknya. Alam dunia yang sedang kita jalani saat ini adalah rangkaian dari perjalanan kita mendapatkan tempat keabadian yaitu alam akhirat di mana di sana terdapat surga dan neraka. Semua orang pasti menginginkan surga, sebuah tempat yang kaya akan kenikmatan abadi. Jika kita tahu bahwa surga adalah tempat yang ‘WAH’, mungkin kita bisa menyicilnya dari sekarang. Menyicil tabungan beramal baik nan ikhlas tentunya. Bersabarlah sedikit saja dengan menjadi orang baik di dunia karena balasannya akan mengganti kesabaran dan kesulitan-kesulitan kita di dunia.

Dan amalan-amalan itu bukan berarti sebanyak-banyaknya tanpa aturan. Buktinya, jika sekadar amal tanpa pengikat yang kuat, suatu saat pasti semuanya akan tak tersisa sama sekali. Lalu, dengan apa kita mengikat amal-amal itu agar tak terlepas yach?
Kita harus membuat amal itu sah dan sempurna….

Wah, penjelasannya panjang banget yach?

Intinya, setiap amal itu haruslah didasari dengan sebuah niat ikhlas. Hanya niat ikhlas yang dapat menjadi pengikat yang kuat semua amal kita.

Kadang, amal yang banyak, namun akhirnya tercecer karena niatnya yang hanya untuk mencari perhatian selain Allah. Maka lebih baik kita mempunyai amalan yang lumayan, namun semuanya terbawa ketika kita meninggal karena amal itu memang niat kita beramal karena Allah.

“So, luruskanlah niat dalam setiap langkah kita…. Sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan, maka niatlah dengan ikhlas… Lillahi Ta’ala.”

KELUARGA, TERDEKAT DAN PALING BERMAKNA

Dulu, waktu aku masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar/…(Lupa), ada sinetron yang kalau tidak salah judulnya Keluarga Cemara. Nah, bagian lirik soundtrack-nya seperti ini…

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga


Ceritanya tentang keluarga sederhana di mana seorang ayah yang mempunyai seorang istri dan tiga orang anak, mencari nafkah dengan menjadi seorang abang becak. Anak pertama seorang perempuan yang bernama Cemara, dipanggil Ara, masih duduk di kelas enam sekolah dasar, anak keduanya mungkin masih duduk di bangku sekolah dasar juga. Sementara anak bungsunya masih belum menginjak dunia sekolah. Setiap pagi, Ara dan adiknya bersekolah dengan membawa jajanan yang dibuat sang ibu untuk dijajakan di sekolah.

Kurang lebih seperti itu…. (jujur, 65% lupa ceritanya, hehe)

Dari sini aku hanya menyatakan kekaguman pada cerita tersebut bahwa kekayaan berupa materi tidak selantasnya menghancurkan anugerah Tuhan yang paling besar yaitu sebuah keluarga. Tidak cukup berhenti sampai di situ, ada sebuah ikatan berupa rasa cinta dan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Mereka saling menghormati, saling menguatkan, dan sama-sama berjuang di tengah badai tantangan kehidupan yang bermacam-macam.

Berkaca dari cerita tersebut, apalah arti ‘aku’ tanpa ada keluarga…. Benar tidak? Bahkan sahabat terbaikmu sekalipun bukanlah orang yang sehebat keluarga. Keluarga adalah orang-orang yang pertama kali kita kenal dan bergabung di dalamnya. Rasa kebersamaan dan keterikatan bathin sangatlah erat.

Ada ayah, ibu, sauadara-saudara yang lain… mereka semua sayang kepada kita. Tetapi, ada kalanya keluarga tak seindah kisah yang dibayangkan oleh anak kecil untuk selalu bermain dan tertawa bersama-sama karena ini adalah kehidupan sesunggunya, penuh masalah. Ada keluarga yang orang tuanya hanya mementingkan pekerjaan sehingga terlupakanlah anak-anaknya, ada keluarga yang orang tuanya betengkar sepanjang hari, pokoknya masih banyak contoh lainnya yang membuat semuanya tidak membahagiakan.
Semua itu mungkin berat seandainya kita yang mengalami. Dan tak heran jika karena masalah berupa keluarga yang tidak harmonis tersebut membuat kita berurai air mata.

Jika diteliti, masalah, itukah yang membuat kita menangis? Masalah pada dasarnya adalah syarat untuk lebih mendekatiNya. (Benar kan?) dan masalah akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat serta lebih dewasa. Jika kita pandai menyikapi masalah dengan pikiran jernih/positif, lihatlah apa yang terjadi kemudian….
Ingatlah, dengan atau tanpa masalah, kita masih bisa menunjukkan bakti kita untuk orang tua kok…. Atau untuk merasakan ketenangan, bersucilah dan berdoalah kepada Illahi. Percayakan semua kepadaNya dengan tetap tak berpaling arah serta pantang menyerah.

Apalagi jika kita menyadari bahwa umur manusia itu terbatas maka kita tidak akan menyia-nyiakan kehadiran keluarga bagi kehidupan kita, terutama seorang ayah dan ibu…. Mungkin saat ini kita menganggap mereka biasa, namun apa yang terjadi jika kelak mereka pergi. Barulah kita sadar betapa berharganya mereka dan menyesallah kita karena belum benar-benar menjadi anak yang berbakti pada keduanya.

Jangan sampai seperti itu ya…. Aku percaya, kalian yang membaca tulisan ini adalah anak-anak yang baik dan berbakti pada ayah dan ibunya. Atau paling tidak, kita semua sedang berjuang mati-matian menjadi anak-anak baik tersebut.

“So, kita masih hidup berarti Allah masih memberi kita kesempatan untuk menuntaskan perjuangan kita menjadi anak yang berbakti kepada ayah dan ibu kita.”

SENANGNYA AKU MENJADI SAHABATMU

Sahabat adalah orang-orang yang menyenangkan bagi diri kita karena kita selalu mendapatkan kekuatan untuk selalu bersemangat. Tapi, mungkin yang paling sering justru aku lah yang bersemangat untuk membuat teman-temannya tersenyum. Entahlah, awalnya memang aku hanya iseng untuk memberikan kata-kata yang dibagikan kepada teman-teman SMA-ku melalui sms. Kata-kata itu semacam motivasi yang dikarang sendiri atau yang aku dapatkan dari orang lain/buku. Lama-kelamaan, ternyata indah ya membuat orang lain bersemangat dan terus berkomitmen dengan mimpi-mimpinya.

Apa situasinya berbeda saat mereka meminta sebuah semangat, tetapi di saat itu juga aku lagi collapse ?

Ternyata pernah juga aku a3ami. Hanya saja, perjuangan tetap dilanjutkan, bagaimanapun juga mereka adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah dimiliki dan berusahalah untuk mengerti tidak mengecewakan mereka.

Pernah, ketika itu ada seorang sahabat yang meminta motivasi dariku, eh aku justru marah-marah dan ceramah panjang lebar tidak jelas. Bukan karena tanpa alasan, tapi karena sebuah pada hari itu sedang menghafalkan sebuah mata kuliah yang sangat tidak disukai yaitu biologi. Akibatnya, si sahabat itu kena sasaran.

Hmmm… sikap yang mungkin dikatakan cukup jelek yaitu ‘egois’. Di sinilah, bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai sikap peduli. Peduli dalam hal ini bukan karena ingin dilihat orang lain sebagai orang yang baik hati loh, itu percuma. Saat kita berbuat sesuatu yang mulia, luruskanlah niat bahwa jauh dari pujian-pujian orang lain, ada sebuah hadiah termewah dari Sang Maha Hidup yaitu ridhoNya yang berujung dengan sebuah tempat berlabel surga. memang susah sih… karena pujian orang lain adalah perkataan yang dapat membuat perasaan menjadi terbawa serasa terbang ke awan oleh alunannya, namun belajarlah.

Hidup ini adalah untuk berbagi dengan orang lain karena dengan berbagi, akan kita rasakan sebuah keluarga baru yang menciptakan sebuah persatuan. Bukankah dunia adalah sebuah keluarga yang sangat besar. Walaupun, berat mengatakan bahwa dunia sedang tak menganal saudaranya sendiri. Buktinya masih ada negara yang menjajah negara lain, masih ada orang yang menghianati negaranya, masih ada orang yang membohongi saudaranya, bahkan kita, bukankah kita banyak melakukan sesuatu yang merugikan dan menyakiti perasaan sahabat-sahabat kita.

Semuanya dapat diperbaiki. Tentunya dari diri kita terlabih dahulu caranya dengan melakukan perubahan. Perubahan adalah ketidakpastian karena saat berubah belum tentu akan menjadi semakin baik. Tapi adakah kita mengetahui bahwa tak akan pernah ada kata ‘perbaikan’ tanpa sebuah ‘perubahan’. perubahan itu tidak pasti, oleh karena itu buatlah perubahan untuk menjadi diri kita yang lebih baik.

“So, berjuanglah untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik sehingga mempersembahkan berjuta-juta kebaikan untuk orang lain.”

Wednesday, January 27, 2010

MERAJUT MIMPI


Suatu hari seorang adik perempuanku yang berusia sekitar tiga belas tahun bertanya kepadaku setelah melihat sebuah pemandangan bunga sakura di negara Jepang melalui tayangan televisi, “Mbak, bunga sakura di Jepang indah banget ya ?”

“Ya.”,jawabku singkat.

Kemudian ia bertanya lagi, “Kenapa kita ngga ditakdirkan tinggal di sana ya?”
Mendengar pertanyaan itu, membuat aku sedikit bingung mengenai apa yang harus kujawab. Akhirnya, aku bertanya balik, “Memang kenapa ?”

“Ya kan, kita bisa nglihat bunga sakura dan banyak pemandangan-pemandangan yang bagus di sana.”

“Iya. Mbak juga kepingin nglihat bunga sakura langsung. Pasti keren banget….”

Kadang kita memang tersadar terlahir menjadi anak yang Alhamdulillah biasa. Oleh karena itu, jangan tambah ‘biasa’ itu dengan pikiran-pikiran yang biasa pula, tetapi buatlah pikiran-pikiranmu yang luar biasa.

Nah, bagaimana caranya ?

Contohnya, mengenai ketertarikan aku dan adikku kepada bunga sakura, mungkin terasa aneh jika bermimpi kosong (bener-bener menghayal). Lain cerita bahwa kita mengusahakannya dengan optimal. Belajar dengan tekun sehingga mendapat beasiswa s1/s2 ke Jepang atau berlibur atau bekerja di sana atau dengan alasan lainnya.

Ingatlah bahwa Allah akan menghadiahkan sesuatu yang terbaik asalkan kita berjuang pantang menyerah; tetapi di jalanNya.
Inilah sebuah keistimewaan pikiran dan diri yang sepenuh hati berjuang serta bertawakkal.

Ada sebuah cerita pendek…

Suatu hari, Bintang tengah duduk di tepi sungai sambil membaca sebuah novel. Lalu datanglah Bulan, sahabatnya. Ia membawa banyak benang wol dan sebuah jarum. mulailah ia merajut.

“Lan, kamu iseng banget sih…. seperti ngga ada pekerjaan lain jja….”

“Emang kamu tahu, aku lagi ngapain ?”, Tanya Bulan.

“Merajutlah.”

Bulan tersenyum. “Aku lagi merajut mimpi.”
Bintang melongo.

“Uiy, mimpi emang bisa dirajut ?”

“Mimpi aku kepingin bisa ngerajut supaya bisa bikin baju hangat buat papah. Kadang sekecil apapun mimpi kita, karena kita ngga pernah berusaha merealisasikannya, maka mimpi itu akan selamanya jadi mimpi.”

Apa yang terlintas dari cerita di atas?

Mimpi…
Berusaha…
Pantang menyerah…
Pejuang sejati…

Semuanya benar bahwa tidak ada mimpi yang tidak berarti asalkan orang yang memimpikannya berjuang untuk merealisasikannya bukan hanya menjaga atau mempertahankan mimpi itu. Ya iyalah, mendiamkan mimpi itu tandanya mimpi itu akan
jadi mimpi selamanya tanpa mewujudkannya sehingga tidak dapat kita genggam.
Sobat, kalian adalah manusia yang punya kisah berbeda-beda dalam dunia ini. Dalam kisah itu, tersimpan mimpi yang ingin diraih, maka raihlah…. Merajutlah sedikit demi sedikit untuk menunjangnya…. Walau hanya dengan merancang konsep-konsep kecil di buku catatanmu. Ingat mimpi-mimpi itu menunggumu untuk bertarung mewujudkannya.

Terlebih kau simpan kebaikan-kebaikan dalam mimpi-mimpi itu, Subhanallah….

A real fighter will never surrender….

BELAJARLAH PADA MASA KECILMU

Suatu hari, dua orang anak kecil yang bersahabat, Mawar dan Melati, tengah berjalan di sebuah taman. Ketika melewati seorang pengemis, Melati merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar uang lima ribuah untuk diberikan kepada pengemis tersebut.
Bertanyalah mawar kepada melati, “Itu uang sakumu hari ini kan ?”
Melati menjawab,“Ya.”
“Kenapa kamu berikan semua uangmu ? Kamu kan jadi ga bisa jajan.”
Melati tersenyum. “Soalnya aku kepingoin lihat bunga yang banyak, yang cantik-cantik…!”
Mawar melongo.
“Bukannya di taman ini juga banyak bunga ? Gratis lagi…ga usah bayar ke pengemis.”
“Iya sih, tapi aku mau ngliat bunga yang ada di surga. Banyaaaak bangeeet !!!! Kayak padang bunga. Bunga yang ga akan pernah layu. Bunga yang wangi. Ntar aku tidur-tiduran di atasnya. Hmmmm…pokoknya tempat terkeren! Free!! Asalkan kita banyak-banyak berbuat baik ma orang.”
“Emang siapa yang nyediain ?”
“Kata mama, Allah….”

Gimana ceritanya ? keren kan? Aku sengaja mengarang dengan subjek dua anak kecil karena bagaimanapun anak kecil adalah sosok yang masih polos dan dengan mudahnya melombakan dirinya untuk dapat melihat bunga-bunga di surga dengan melakukan kebaikan. Jika dibandingkan dengan kita-kita yang remaja atau lebih dari itu, apa pernah membayangkan surga sedekat dan semudah itu? Atau setujukah kalian jika kita kebanyakan stress belakangan ini ?
Nih, ada sebuah bait dari sebuah SYAIR PERAHU karya Hamzah Fansuri
Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu

Dari bait tersebut, marilah kita telusuri bahwa diri ini seperti perahu yang lajunya di dunia tidak akan abadi. Dan perahu yang menyadari bahwa suatu saat ia akan habis, maka ia akan selalu melaju menuju pelabuhan yang penuh dengan cahaya illahi. Tak peduli sampai kapan ia bertahan, ia hanya berjuang untuk tetap melaju ke arah kesempurnaan itu.
Akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan manusia tidak mengenal siapa dirinya dan Tuhannya. Mereka cepat terbuai saat mereka bahagia, namun mereka cepat pula putus asa saat mereka dilanda masalah.
Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa ia bosan hidup. menurutnya, hal itu dikarenakan persoalan dunianya yang tidak sanggup ia atasi. Selanjutnya ia merasa berputus asa. Saran yang terlintas di kepalaku saat itu adalah agar dia lebih menyerahkan dirinya kepada Allah. Akhirnya, saranku itu dijawabnya bahwa ia sudah melakukan hal itu setiap hari misal setiap sholat, ia luangkan waktu untuk bercengkrama denganNya, namun entahlah, tetap tidak didapatkannya rasa ketenangan yang ia dambakan. lanjutnya, jika sekarang zaman Nabi, mungkin saat ini ia sudah bertamu ke rumah istri Nabi agar ia tidak salah jalan, namun sayang sekarang zaman modern (hiks…).
Aku jadi bertanya kepada diriku sendiri, kok ada ya kasus seperti ini?
Tuh kan, banyak orang yang tidak bisa menyederhanakan masalah yang menimpanya. padahal, ketika berperang dengan masalah itu, diharuskan kita menang donk…. Kalau kalah, berputus asalah. Selanjutnya diharapkan kita ingat bahwa Allah tidak menyukai hambaNya yang berputus asa.
Masalah itu sampai kapanpun akan ada dan selalu ada bahkan ketika kita bersembunyi di gua pengap sekalipun. bukan lari yang harus kita lakukan melainkan hadapi dengan kepala dingin dan jangan pernah meninggalkan Allah, baik di saat senang atau sedih. hanya Dia yang mampu memberikan cahaya kesejukan layaknya pagi, ketenangan layaknya bintang-bintang di langit yang damai, kehangatan di dinginnya udara malam, dan masih banyak, bahkan bisa melebihi semua itu.
Berputus asa mungkin manusiawi asalkan kau harus cepat ingat bahwa kau harus bangkit dan kembali berusaha….
Sekarang, ingatlah masa kecilmu yang indah, seorang anak yang masih polos, imut-imut, dan berusaha untuk mempermudah segala masalah. Yang ketika sebelum/sesudah makan,kau membaca doa bersama keluargamu. Yang sebelum/sesudah tidur, kau terbiasa membaca doa, dan mungkin banyak kebaikan-kebaikan masa kecil yang telah kau lupakan sekarang.
Bukan berarti kau harus menjadi anak kecil kembali, namun jika di sana ada sebuah kebaikan yang telah kau lupakan, maka tidak ada salahnya kau mengambil lagi momen itu agar menjadikan dirimu lebih baik lagi.
Adapun bila masa kecilmu justru membuatmu bersedih dan terluka, maka tetap jangan jauhkan hatimu dari Allah, bersabarlah dan buktikan pada dunia bahwa kini hidupmu telah berubah menjadi lebih baik. Buktikan pikiranmu yang dewasa terhadap fase-fase kehidupanmu.

Masih ada yang menunggumu untuk tersenyum….
Masih ada yang menantimu untuk merealisasikan impianmu, Sobat….
Tetap berjuang…!!!