Wednesday, February 17, 2010

Untitled

Terkadang, siapapun dapat mengalami masa tersulit dalam hidupnya. Banyak yang dapat dijadikan contoh, yang jelas masa itu benar-benar membuat kita sedih, kecewa, bahkan menangis. mungkin ada yang di masa itu, bukannya kesulitan itu dihadapi melainkan kita melirik kanan dan kiri untuk mencari tempat persembunyian. maksudnya, supaya aman, tentram, damai, dan sejahtera. Hmmm, apa iya seperti itu ? Berhasil? karena ini bukan tebak-tebakan maka jawabanya adalah ‘tidak’.

Bukan persembunyian yang kita butuhkan kala itu melainkan persiapan. Yupz, persiapan untuk menghadapi atau berperang dengan kesulitan/masalah itu. Berat kah? menurutku, ‘ya’. Namun, ini jauh lebih baik jika dibandingkan kita bersembunyi.

Ada sebuah cerita seperti ini….

Ada seorang gadis yang hidup sendiri di rumah kecilnya. Pada malam hari, ia melihat setumpuk pakaian kotor di keranjang cucinya. Dalam benaknya, ia akan mencucinya besok pagi sebelum sekolah. Kemudian, ia pun tidur. Keesokan paginya, ia terbangun oleh adzan shubuh. Telinganya mendengar, nemun udara yang dingin membuatnya tetap bersama baju hangat dan selimut tebalnya, ‘Dingin….’. la melihat jam dinding, namun tetap berkata, ‘Dingin….’. Akhirnya ia pun tertidur lagi menemani dan memuaskan kenyamanannya. Saat ia terbangun, matahari telah bersinar di sela-sela ventilasi udara. Setengah sadar, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul enam pagi.

‘Waaaaaaaah…….!!!!!!!’

Lihatlah apa yang terjadi: bangun kesiangan, tidak sholat shubuh, pakaian-pakaian kotor yang tetap ditumpuk, mungkin terlambat masih kelas jika jarak rumah dan sekolahnya lumayan jauh,….

Dengan ini, sebuah kehangatan baju hangat dan selimut tebal di musim dingin memang sangat membuat kita nyaman, namun saat kita tahu bahwa di luar sana ada sesuatu pekerjaan/hal apapun yang harus dilakukan maka beranjaklah dari kehangatan itu. lawanlah rasa ‘dingin’ itu. Tidak selamanya kesulitan itu membuka kartu-kartu kelemahan kita, justru ia tengah membuktikkan, ‘Seberapa kuat kau bertahan dalam dinginnya dunia.’ semua itu tergantung kita yang mananggapi.

Memang, tak mudah menaklukan masalah/kesulitan manapun -apalagi jika persoalan yang mungkin benar-benar berat- hanya saja, kita perlu mengetahui bahwa jika kita tidak melawannya, kita tetap mempertahankan kenyamanan yang sebenarnya sementara itu, sedangkan waktu akan senantiasa bergulir tanpa menghiraukan kita menjadi seorang pengecut atau pemberani, maka saat itulah tujuan/cita-cita/impian kita menjadi terhambat, bahkan bisa jadi semua itu memang hanya bisa kita angan-angankan.

Aku pernah membaca buku yang berjudul ‘9 Things You Simply must Do to Succeed in Love and Life’ karya Dr. Henry Cloud. Di sana ia mengemukakan sembilan hal sederhana yang sebenarnya mungkin dapat kita lakukan, namun hal-hal tersebut justru tidak pernah terimplikasi oleh kita. pada salah satu prinsip dari sembilan prinsip yaitu bertindaklah seperti semut. di sana diceritakan bahwa pada saat penulis mendapat kesulitan terhadap pengerjaan disertasinya, ia mendapat inspirasi hanya dengan mengamati semut. kalian tahu bagaimana semut berkerja membangun gundukan-gundukan pasir sebagai sarangnya. Bagi kita mungkin biasa, namun bagi semut, hal itu seperti membangun sebuah gunung yang tinggi. Dari pembangunan itulah, penulis buku itu mengetahui bahwa dalam pembangunannya, setiap semut hanya membawa sebutir pasir. Bayangkan hanya dengan butir demi butir pasir yang ia bawa hingga terbentuklah gunungan sarang itu.

Penulis tersenyum.

la memang tidak mungkin mengerjakan disertasinya dengan cepat, tanpa ada sebuah langkah-langlah kecil yang harus ia lakukan bersamaan persahabatannya dengan waktu. Akhirnya, ia mulai menapaki langkah kecil seperti menelepon seseorang tentang topik yang akan diriset, berbicara dengannya, dan langkah lainnya.
Sampai akhirnya, muncullah disertasi di genggaman tangannya. Hal yang tampaknya mustahil, kini benar-benar tidak mustahil.

Kata Henry Ford, “Tidak ada yang terlalu sulit kalau Anda menjabarkannya menjadi tugas-tugas kecil.”

Jangan menganggap bahwa sebuah hal yang kecil adalah sepele. Jika pada saat semut membawa hanya sebutir pasir serta mengatakan bahwa, apa arti dari sebutir pasir ? lalu ia melupakannya dan menyerah maka gunungan pasir sebagai sarang semut tidak akan pernah ada. Oleh karena jauhilah, sikap berpikir pendek seperti demikian. Pemikir seperti itu bukan orang yang menginginkan kesuksesan melalui kerja keras melainkan hanya mengandalkan waktu yang singkat.

So, pada hakikatnya, ketakutan sejati adalah kepada Allah SWT, bukan pada menusuknya persoalan dunia. Yakinlah persoalan apapun di dunia ini dapat kita selesaikan.

Lihatlah sekeliling kita, begitu banyak yang tersenyum dan kebaikan-kebaikan yang senantiasa ia hamburkan kepada kita agar kita selalu bahagia dan bersemangat. Satu lagi, ketika kita merasa bahwa persoalan/kesulitan/masalah benar-benar menjadi kerikil yang memerihkan hati, lakukanlah hal-hal yang kecil, misalnya jalan-jalan menikmati keagunganNya, seperti di taman bunga, hmm…yang lebih keren lagi, berdoalah, ingatlah Allah SWT.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dari hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar Rad: 28)

TRYING TO TRY AGAIN



Waktu itu, setibanya di rumah kecilku alias kosan, aku membaca buku yang telah aku pinjam beberapa hari yang lalu dari perpustakaan sambil memakan keripik pisang. Ada hal-hal yang menyenangkan dari buku yang berjudul How To Be Michael Jordan karangan Pat Williams bersama Michael Weinreb. Entahlah, apa alasan aku meminjam buku itu, yang jelas tidak semua lembaran-lembaran halaman buku itu telah selesai aku baca bahkan saat aku menulis tulisan ini. Hee….

Pada bab empat bertemakan perjuangan, ada kata-kata Michael Jordan tentang kegigihan yaitu, “Halangan tidak boleh menghentikan langkah. jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya, atau mengitarinya.”

Kemudian, pada buku itu, ada seorang nelayan bernama Ted Williams mengatakan bahwa, “Diperlukan rata-rata empat ratus kali lemparan untuk menangkap seekor ikan salmon Atlantis -bahkan bisa sampai enam ratus kali. Namun, Anda memiliki harapan bahwa setiap lemparan akan berhasil.”

Hal yang paling meresap adalah bahwa orang-orang hebat yang telah terukir namanya di dunia merupakan orang yang sama seperti kita. Mereka tak jarang dicela dan dicemooh karyanya oleh banyak orang. Namun, apa mereka menyerah? Ternyata tidak. itulah kegigihan mereka untuk mendapatkan impian mereka. Jika pada saat mereka gagal, mereka menyerah maka ‘kita dan sejarah’ tidak akan pernah mengenal mereka. Terkadang mungkin kegagalanlah yang membuat kita lelah untuk meraih apa yang kita impikan. Kegagalan memang wajar karena usaha kita memang hak kita tetapi menentukan adalah hak mutlak Allah. Jadi, jangan berpikir bahwa sekali gagal, kita akan selalu kalah atau tak akan pernah menikmati sinar matahari lagi alias menjadi seorang pemenang.

Selain itu, kemenangan sejati yaitu saat kita bangun dari kegagalan.

Sebuah penelitian Asosiasi Penjual Retail Nasional yang aku baca di buku itu menunjukkan bahwa:
48 % pebisnis menelepon sekali, lalu berhenti.
25 % menelepon dua kali, lalu berhenti.
15 % menelepon tiga kali, lalu berhenti.
12 % menelepon berulang-ulang hingga berhasil_ merekalah yang menguasai 80 % pangsa pasar.

Hahaha….

Mencoba memang sebuah kata yang mudah diucapkan oleh semua orang di dunia ini, namun hanya sebagian kecil orang yang mampu melakukannya. Beberapa kali kita mencoba dengan cara yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan dan ketika kita mengetahui caranya tetap salah, maka kita tahu bahwa cara itu salah serta mengusahakan plus mengaharapkan sebuah cara yang lain yang suatu saat benar. itulah sebuah kegigihan seperti petikan cerita Thomas Alfa Edison berikut, orang yang dianggap gila karena bermimpi untuk menyalakan dunia ? Ada adegan sebelum Edison sukses menemukan lampu listrik yang telah benar-benar dikenang oleh dunia,

“Seribu hal sudah kita coba, namun tetap saja nihil,” kata rekan Edison.

“Setidaknya kita telah berhasil mengetahui ada seribu cara yang salah,” kata Edison.
Kemudian melanjutkan,”kuncinya adalah terus mencoba hingga yang ke seribu satu !!”
Itulah pemikiran seorang pemenang. Tidak ada kata mustahil selama tujuannya adalah sebuah kebaikan dirinya dan orang lain.

Seorang pengarang bernama B. C. Forbes mengatakan , “Sejarah menunjukkan bahwa para bintang selalu menghadapi tantangan yang sangat keras sebelum akhirnya mereka berhasil keluar sebagai pemenang. Mereka menang karena menolak menyerah oleh kekalahan yang pernah mereka alami.”

So, mulai saat ini, jauhkan diri kita dari keputusasaan serta sibukkan diri ini dengan melakukan perbaikan diri. Jika kita mempunyai mimpi, jangan berhenti lantas kita memvonisnya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Monday, February 1, 2010

MUTIARAKU, JANGAN KALIAN TERLEPAS DARIKU…!

Nih, kali ini aku lagi me-review perjalanan hidup aku. Bahasa kerennya sih muhasabah…. Apalagi sambil ngedengerin lagu mantapnya Edcoustic yang judulnya muhasabah Cinta.

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari Mu
Kupasrahkan semua pada Mu

Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini ku harapkan cinta Mu

Kata kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung do’a ku
Sakit yang kurasa biar
Jadi penawar dosaku

Butir butir cinta air mataku
Terlihat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Illahi Muhasabah cintaku

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan Mu

Aku selalu merasa kalau hidup memang aku sendiri yang menjalani serasa diberi kebebasan, namun seharusnya kita tahu bahwa di balik kebebasannya itu, ada jiwa yang bukan miliknya melainkan milik Illahi. jiwa yang kapanpun bisa Dia ambil. Ngga ada jaminan kita hidup satu jam atau satu menit ke depan karena sekali lagi ruh/jiwa ini bukan milik manusia manapun.

Ketika kita hidup, ketika itu pula lah sudah tercipta kapan kita meninggalkan dunia ini. kematian memang suatu misteri, namun ia merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi. jadi, tak perlu merisaukannya, hanya saja yang harus kita pikirkan, bagaimana cara kita meninggal? Sedang apa saat kita meninggal ? di mana tempat ketika saat itu tiba? Serta bagaimana keadaan kita ketika meninggal ?
Merinding ya kalau mendengarkan cerita kematian? Aku juga kadang-kadang sampai menitikkan airmata (halah…). “Tetep jja risau….”

Amannya, jagalah perbuatan kita untuk selalu dekat serta senantiasa mengingat asma Allah SWT. misal, ketika sholat…. Apa sholat kita selama ini, dari takbir hingga salam, semuanya dilakukan untuk Allah? Ehm, jujur deh…. minimalnya, hanya Allah-lah yang kita ingat saat kita sholat. Setuju? Susah?
Hehe….

Kemudian, aku teringat sebuah cerita yang dituturkan oleh seorang ustad saat menghadiri sebuah kajian bersama para sahabat.

Ada seorang raja dengan istananya yang sangat megah. Sang Raja tersebut memiliki kekayaan yang melimpah, namun ada sesuatu yang ia inginkan yaitu mutiara yang berada di dasar laut. Suatu hari, ia meminta seorang pria untuk menyelam dan membawakannya mutiara di dasar laut tersebut. Pria itu sangat pandai berenang, tetapi baru kali ini ia disuruh menyelami kehidupan laut sebenarnya. Jika ia berhasil memenuhi permintaan Sang Raja maka ia dapat meminta apapun yang ia inginkan.

Dilengkapinya sebelum menyelam dengan perlengkapan menyelam termasuk tabung oksigen. Beberapa menit kemudian, menyelamlah ia ke lautan. Pria itu pada awalnya tidak merasakan apapun kecuali kegelapan dan sunyinya laut, tetapi matanya terkagum-kagum setelah mencapai suatu wilayah dengan pemandangan yang luar biasa bagi dirinya. Di sana ada berbagai macam jenis ikan yang belum pernah ia temui sebelumnya, berenang ka sana ke mari. Ia juga manemukan terumbu karang yang sangat menakjubkan. Terlebih lagi pertemuannya dengan putri duyung yang mengajaknya bermain berkejar-kejaran.

Ternyata, ia melupakan tugas dari Sang Raja.

Setelah beberapa lama, sadarlah ia bahwa ia harus mengambil mutiara yang berada di dasar laut untuk Sang Raja. Dasar laut itu masih berada jauh dari tempatnya berada saat ini. Mengingat persediaan oksigen sudah semakin menipis, bergegaslah ia menyelam lebih dalam lagi. Setibanya di dasar laut pun, ia mengambil beberapa mutiara yang berada di sana dan dimasukkannya ke sebuah kantung dengan tergesa-gesa. menyadari persediaan oksigennya tinggal sedikit lagi, ia pun mulai berenang lagi ke permukaan dengan susah payah. Teryata, karena terburu-buru, ia tidak mengikat kantung mutiara-mutiara itu dengan kuat sehingga dalam perjalannya kembali ke permukaan, mutiara-mutiara itu pun terlepas satu per satu hingga tak tersisa satu pun.

Dan ia dapat muncul kembali di hadapan Sang Raja yang setia menunggunya. ketika ia hendak mengambil kantungnya, alangkah terkejutnya karena kantung itu kini kosong tanpa mutiara sebutir pun.

Akhirnya, ia pun tak mendapatkan balasan dari Sang Raja.
Cerita tersebut merupakan analogi kehidupan manusia. ha….

Nih,
• Sang Raja dalam cerita tidak lain adalah Allah SWT

• orang yang diperintah raja tersebut adalah manusia (kita gitu loh…)

• Sementara wilayah yang penuh dengan buaian kenikmatan tersebut adalah dunia

• mutiara sebagai amal

• mutiara yang terlepas adalah amal yang tidak sah dan sempurna

• Balasan yang akan diberi Sang Raja tidak lain adalah surga

lengkapnya seperti ini…

Sebelumnya, kita berada di alam ruh. Kemudian dengan izin Allah, ditiupkanlah ruh menuju alam rahim selama kurang lebih sembilan bulan. Kemudian dengan izin Allah pula lah, kita dapat lahir dan melihat dunia. di dunia memang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang mungkin menghanyutkan kita dan melupakan tugas sebenarnya di dunia ini yaitu mencari amal sebanyak-banyaknya. Alam dunia yang sedang kita jalani saat ini adalah rangkaian dari perjalanan kita mendapatkan tempat keabadian yaitu alam akhirat di mana di sana terdapat surga dan neraka. Semua orang pasti menginginkan surga, sebuah tempat yang kaya akan kenikmatan abadi. Jika kita tahu bahwa surga adalah tempat yang ‘WAH’, mungkin kita bisa menyicilnya dari sekarang. Menyicil tabungan beramal baik nan ikhlas tentunya. Bersabarlah sedikit saja dengan menjadi orang baik di dunia karena balasannya akan mengganti kesabaran dan kesulitan-kesulitan kita di dunia.

Dan amalan-amalan itu bukan berarti sebanyak-banyaknya tanpa aturan. Buktinya, jika sekadar amal tanpa pengikat yang kuat, suatu saat pasti semuanya akan tak tersisa sama sekali. Lalu, dengan apa kita mengikat amal-amal itu agar tak terlepas yach?
Kita harus membuat amal itu sah dan sempurna….

Wah, penjelasannya panjang banget yach?

Intinya, setiap amal itu haruslah didasari dengan sebuah niat ikhlas. Hanya niat ikhlas yang dapat menjadi pengikat yang kuat semua amal kita.

Kadang, amal yang banyak, namun akhirnya tercecer karena niatnya yang hanya untuk mencari perhatian selain Allah. Maka lebih baik kita mempunyai amalan yang lumayan, namun semuanya terbawa ketika kita meninggal karena amal itu memang niat kita beramal karena Allah.

“So, luruskanlah niat dalam setiap langkah kita…. Sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan, maka niatlah dengan ikhlas… Lillahi Ta’ala.”

KELUARGA, TERDEKAT DAN PALING BERMAKNA

Dulu, waktu aku masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar/…(Lupa), ada sinetron yang kalau tidak salah judulnya Keluarga Cemara. Nah, bagian lirik soundtrack-nya seperti ini…

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga


Ceritanya tentang keluarga sederhana di mana seorang ayah yang mempunyai seorang istri dan tiga orang anak, mencari nafkah dengan menjadi seorang abang becak. Anak pertama seorang perempuan yang bernama Cemara, dipanggil Ara, masih duduk di kelas enam sekolah dasar, anak keduanya mungkin masih duduk di bangku sekolah dasar juga. Sementara anak bungsunya masih belum menginjak dunia sekolah. Setiap pagi, Ara dan adiknya bersekolah dengan membawa jajanan yang dibuat sang ibu untuk dijajakan di sekolah.

Kurang lebih seperti itu…. (jujur, 65% lupa ceritanya, hehe)

Dari sini aku hanya menyatakan kekaguman pada cerita tersebut bahwa kekayaan berupa materi tidak selantasnya menghancurkan anugerah Tuhan yang paling besar yaitu sebuah keluarga. Tidak cukup berhenti sampai di situ, ada sebuah ikatan berupa rasa cinta dan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Mereka saling menghormati, saling menguatkan, dan sama-sama berjuang di tengah badai tantangan kehidupan yang bermacam-macam.

Berkaca dari cerita tersebut, apalah arti ‘aku’ tanpa ada keluarga…. Benar tidak? Bahkan sahabat terbaikmu sekalipun bukanlah orang yang sehebat keluarga. Keluarga adalah orang-orang yang pertama kali kita kenal dan bergabung di dalamnya. Rasa kebersamaan dan keterikatan bathin sangatlah erat.

Ada ayah, ibu, sauadara-saudara yang lain… mereka semua sayang kepada kita. Tetapi, ada kalanya keluarga tak seindah kisah yang dibayangkan oleh anak kecil untuk selalu bermain dan tertawa bersama-sama karena ini adalah kehidupan sesunggunya, penuh masalah. Ada keluarga yang orang tuanya hanya mementingkan pekerjaan sehingga terlupakanlah anak-anaknya, ada keluarga yang orang tuanya betengkar sepanjang hari, pokoknya masih banyak contoh lainnya yang membuat semuanya tidak membahagiakan.
Semua itu mungkin berat seandainya kita yang mengalami. Dan tak heran jika karena masalah berupa keluarga yang tidak harmonis tersebut membuat kita berurai air mata.

Jika diteliti, masalah, itukah yang membuat kita menangis? Masalah pada dasarnya adalah syarat untuk lebih mendekatiNya. (Benar kan?) dan masalah akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat serta lebih dewasa. Jika kita pandai menyikapi masalah dengan pikiran jernih/positif, lihatlah apa yang terjadi kemudian….
Ingatlah, dengan atau tanpa masalah, kita masih bisa menunjukkan bakti kita untuk orang tua kok…. Atau untuk merasakan ketenangan, bersucilah dan berdoalah kepada Illahi. Percayakan semua kepadaNya dengan tetap tak berpaling arah serta pantang menyerah.

Apalagi jika kita menyadari bahwa umur manusia itu terbatas maka kita tidak akan menyia-nyiakan kehadiran keluarga bagi kehidupan kita, terutama seorang ayah dan ibu…. Mungkin saat ini kita menganggap mereka biasa, namun apa yang terjadi jika kelak mereka pergi. Barulah kita sadar betapa berharganya mereka dan menyesallah kita karena belum benar-benar menjadi anak yang berbakti pada keduanya.

Jangan sampai seperti itu ya…. Aku percaya, kalian yang membaca tulisan ini adalah anak-anak yang baik dan berbakti pada ayah dan ibunya. Atau paling tidak, kita semua sedang berjuang mati-matian menjadi anak-anak baik tersebut.

“So, kita masih hidup berarti Allah masih memberi kita kesempatan untuk menuntaskan perjuangan kita menjadi anak yang berbakti kepada ayah dan ibu kita.”

SENANGNYA AKU MENJADI SAHABATMU

Sahabat adalah orang-orang yang menyenangkan bagi diri kita karena kita selalu mendapatkan kekuatan untuk selalu bersemangat. Tapi, mungkin yang paling sering justru aku lah yang bersemangat untuk membuat teman-temannya tersenyum. Entahlah, awalnya memang aku hanya iseng untuk memberikan kata-kata yang dibagikan kepada teman-teman SMA-ku melalui sms. Kata-kata itu semacam motivasi yang dikarang sendiri atau yang aku dapatkan dari orang lain/buku. Lama-kelamaan, ternyata indah ya membuat orang lain bersemangat dan terus berkomitmen dengan mimpi-mimpinya.

Apa situasinya berbeda saat mereka meminta sebuah semangat, tetapi di saat itu juga aku lagi collapse ?

Ternyata pernah juga aku a3ami. Hanya saja, perjuangan tetap dilanjutkan, bagaimanapun juga mereka adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah dimiliki dan berusahalah untuk mengerti tidak mengecewakan mereka.

Pernah, ketika itu ada seorang sahabat yang meminta motivasi dariku, eh aku justru marah-marah dan ceramah panjang lebar tidak jelas. Bukan karena tanpa alasan, tapi karena sebuah pada hari itu sedang menghafalkan sebuah mata kuliah yang sangat tidak disukai yaitu biologi. Akibatnya, si sahabat itu kena sasaran.

Hmmm… sikap yang mungkin dikatakan cukup jelek yaitu ‘egois’. Di sinilah, bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai sikap peduli. Peduli dalam hal ini bukan karena ingin dilihat orang lain sebagai orang yang baik hati loh, itu percuma. Saat kita berbuat sesuatu yang mulia, luruskanlah niat bahwa jauh dari pujian-pujian orang lain, ada sebuah hadiah termewah dari Sang Maha Hidup yaitu ridhoNya yang berujung dengan sebuah tempat berlabel surga. memang susah sih… karena pujian orang lain adalah perkataan yang dapat membuat perasaan menjadi terbawa serasa terbang ke awan oleh alunannya, namun belajarlah.

Hidup ini adalah untuk berbagi dengan orang lain karena dengan berbagi, akan kita rasakan sebuah keluarga baru yang menciptakan sebuah persatuan. Bukankah dunia adalah sebuah keluarga yang sangat besar. Walaupun, berat mengatakan bahwa dunia sedang tak menganal saudaranya sendiri. Buktinya masih ada negara yang menjajah negara lain, masih ada orang yang menghianati negaranya, masih ada orang yang membohongi saudaranya, bahkan kita, bukankah kita banyak melakukan sesuatu yang merugikan dan menyakiti perasaan sahabat-sahabat kita.

Semuanya dapat diperbaiki. Tentunya dari diri kita terlabih dahulu caranya dengan melakukan perubahan. Perubahan adalah ketidakpastian karena saat berubah belum tentu akan menjadi semakin baik. Tapi adakah kita mengetahui bahwa tak akan pernah ada kata ‘perbaikan’ tanpa sebuah ‘perubahan’. perubahan itu tidak pasti, oleh karena itu buatlah perubahan untuk menjadi diri kita yang lebih baik.

“So, berjuanglah untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik sehingga mempersembahkan berjuta-juta kebaikan untuk orang lain.”