Monday, February 1, 2010

KELUARGA, TERDEKAT DAN PALING BERMAKNA

Dulu, waktu aku masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar/…(Lupa), ada sinetron yang kalau tidak salah judulnya Keluarga Cemara. Nah, bagian lirik soundtrack-nya seperti ini…

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga


Ceritanya tentang keluarga sederhana di mana seorang ayah yang mempunyai seorang istri dan tiga orang anak, mencari nafkah dengan menjadi seorang abang becak. Anak pertama seorang perempuan yang bernama Cemara, dipanggil Ara, masih duduk di kelas enam sekolah dasar, anak keduanya mungkin masih duduk di bangku sekolah dasar juga. Sementara anak bungsunya masih belum menginjak dunia sekolah. Setiap pagi, Ara dan adiknya bersekolah dengan membawa jajanan yang dibuat sang ibu untuk dijajakan di sekolah.

Kurang lebih seperti itu…. (jujur, 65% lupa ceritanya, hehe)

Dari sini aku hanya menyatakan kekaguman pada cerita tersebut bahwa kekayaan berupa materi tidak selantasnya menghancurkan anugerah Tuhan yang paling besar yaitu sebuah keluarga. Tidak cukup berhenti sampai di situ, ada sebuah ikatan berupa rasa cinta dan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Mereka saling menghormati, saling menguatkan, dan sama-sama berjuang di tengah badai tantangan kehidupan yang bermacam-macam.

Berkaca dari cerita tersebut, apalah arti ‘aku’ tanpa ada keluarga…. Benar tidak? Bahkan sahabat terbaikmu sekalipun bukanlah orang yang sehebat keluarga. Keluarga adalah orang-orang yang pertama kali kita kenal dan bergabung di dalamnya. Rasa kebersamaan dan keterikatan bathin sangatlah erat.

Ada ayah, ibu, sauadara-saudara yang lain… mereka semua sayang kepada kita. Tetapi, ada kalanya keluarga tak seindah kisah yang dibayangkan oleh anak kecil untuk selalu bermain dan tertawa bersama-sama karena ini adalah kehidupan sesunggunya, penuh masalah. Ada keluarga yang orang tuanya hanya mementingkan pekerjaan sehingga terlupakanlah anak-anaknya, ada keluarga yang orang tuanya betengkar sepanjang hari, pokoknya masih banyak contoh lainnya yang membuat semuanya tidak membahagiakan.
Semua itu mungkin berat seandainya kita yang mengalami. Dan tak heran jika karena masalah berupa keluarga yang tidak harmonis tersebut membuat kita berurai air mata.

Jika diteliti, masalah, itukah yang membuat kita menangis? Masalah pada dasarnya adalah syarat untuk lebih mendekatiNya. (Benar kan?) dan masalah akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat serta lebih dewasa. Jika kita pandai menyikapi masalah dengan pikiran jernih/positif, lihatlah apa yang terjadi kemudian….
Ingatlah, dengan atau tanpa masalah, kita masih bisa menunjukkan bakti kita untuk orang tua kok…. Atau untuk merasakan ketenangan, bersucilah dan berdoalah kepada Illahi. Percayakan semua kepadaNya dengan tetap tak berpaling arah serta pantang menyerah.

Apalagi jika kita menyadari bahwa umur manusia itu terbatas maka kita tidak akan menyia-nyiakan kehadiran keluarga bagi kehidupan kita, terutama seorang ayah dan ibu…. Mungkin saat ini kita menganggap mereka biasa, namun apa yang terjadi jika kelak mereka pergi. Barulah kita sadar betapa berharganya mereka dan menyesallah kita karena belum benar-benar menjadi anak yang berbakti pada keduanya.

Jangan sampai seperti itu ya…. Aku percaya, kalian yang membaca tulisan ini adalah anak-anak yang baik dan berbakti pada ayah dan ibunya. Atau paling tidak, kita semua sedang berjuang mati-matian menjadi anak-anak baik tersebut.

“So, kita masih hidup berarti Allah masih memberi kita kesempatan untuk menuntaskan perjuangan kita menjadi anak yang berbakti kepada ayah dan ibu kita.”

No comments:

Post a Comment