Nih, kali ini aku lagi me-review perjalanan hidup aku. Bahasa kerennya sih muhasabah…. Apalagi sambil ngedengerin lagu mantapnya Edcoustic yang judulnya muhasabah Cinta.
Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari Mu
Kupasrahkan semua pada Mu
Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini ku harapkan cinta Mu
Kata kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung do’a ku
Sakit yang kurasa biar
Jadi penawar dosaku
Butir butir cinta air mataku
Terlihat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Illahi Muhasabah cintaku
Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan Mu
Aku selalu merasa kalau hidup memang aku sendiri yang menjalani serasa diberi kebebasan, namun seharusnya kita tahu bahwa di balik kebebasannya itu, ada jiwa yang bukan miliknya melainkan milik Illahi. jiwa yang kapanpun bisa Dia ambil. Ngga ada jaminan kita hidup satu jam atau satu menit ke depan karena sekali lagi ruh/jiwa ini bukan milik manusia manapun.
Ketika kita hidup, ketika itu pula lah sudah tercipta kapan kita meninggalkan dunia ini. kematian memang suatu misteri, namun ia merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi. jadi, tak perlu merisaukannya, hanya saja yang harus kita pikirkan, bagaimana cara kita meninggal? Sedang apa saat kita meninggal ? di mana tempat ketika saat itu tiba? Serta bagaimana keadaan kita ketika meninggal ?
Merinding ya kalau mendengarkan cerita kematian? Aku juga kadang-kadang sampai menitikkan airmata (halah…). “Tetep jja risau….”
Amannya, jagalah perbuatan kita untuk selalu dekat serta senantiasa mengingat asma Allah SWT. misal, ketika sholat…. Apa sholat kita selama ini, dari takbir hingga salam, semuanya dilakukan untuk Allah? Ehm, jujur deh…. minimalnya, hanya Allah-lah yang kita ingat saat kita sholat. Setuju? Susah?
Hehe….
Kemudian, aku teringat sebuah cerita yang dituturkan oleh seorang ustad saat menghadiri sebuah kajian bersama para sahabat.
Ada seorang raja dengan istananya yang sangat megah. Sang Raja tersebut memiliki kekayaan yang melimpah, namun ada sesuatu yang ia inginkan yaitu mutiara yang berada di dasar laut. Suatu hari, ia meminta seorang pria untuk menyelam dan membawakannya mutiara di dasar laut tersebut. Pria itu sangat pandai berenang, tetapi baru kali ini ia disuruh menyelami kehidupan laut sebenarnya. Jika ia berhasil memenuhi permintaan Sang Raja maka ia dapat meminta apapun yang ia inginkan.
Dilengkapinya sebelum menyelam dengan perlengkapan menyelam termasuk tabung oksigen. Beberapa menit kemudian, menyelamlah ia ke lautan. Pria itu pada awalnya tidak merasakan apapun kecuali kegelapan dan sunyinya laut, tetapi matanya terkagum-kagum setelah mencapai suatu wilayah dengan pemandangan yang luar biasa bagi dirinya. Di sana ada berbagai macam jenis ikan yang belum pernah ia temui sebelumnya, berenang ka sana ke mari. Ia juga manemukan terumbu karang yang sangat menakjubkan. Terlebih lagi pertemuannya dengan putri duyung yang mengajaknya bermain berkejar-kejaran.
Ternyata, ia melupakan tugas dari Sang Raja.
Setelah beberapa lama, sadarlah ia bahwa ia harus mengambil mutiara yang berada di dasar laut untuk Sang Raja. Dasar laut itu masih berada jauh dari tempatnya berada saat ini. Mengingat persediaan oksigen sudah semakin menipis, bergegaslah ia menyelam lebih dalam lagi. Setibanya di dasar laut pun, ia mengambil beberapa mutiara yang berada di sana dan dimasukkannya ke sebuah kantung dengan tergesa-gesa. menyadari persediaan oksigennya tinggal sedikit lagi, ia pun mulai berenang lagi ke permukaan dengan susah payah. Teryata, karena terburu-buru, ia tidak mengikat kantung mutiara-mutiara itu dengan kuat sehingga dalam perjalannya kembali ke permukaan, mutiara-mutiara itu pun terlepas satu per satu hingga tak tersisa satu pun.
Dan ia dapat muncul kembali di hadapan Sang Raja yang setia menunggunya. ketika ia hendak mengambil kantungnya, alangkah terkejutnya karena kantung itu kini kosong tanpa mutiara sebutir pun.
Akhirnya, ia pun tak mendapatkan balasan dari Sang Raja.
Cerita tersebut merupakan analogi kehidupan manusia. ha….
Nih,
• Sang Raja dalam cerita tidak lain adalah Allah SWT
• orang yang diperintah raja tersebut adalah manusia (kita gitu loh…)
• Sementara wilayah yang penuh dengan buaian kenikmatan tersebut adalah dunia
• mutiara sebagai amal
• mutiara yang terlepas adalah amal yang tidak sah dan sempurna
• Balasan yang akan diberi Sang Raja tidak lain adalah surga
lengkapnya seperti ini…
Sebelumnya, kita berada di alam ruh. Kemudian dengan izin Allah, ditiupkanlah ruh menuju alam rahim selama kurang lebih sembilan bulan. Kemudian dengan izin Allah pula lah, kita dapat lahir dan melihat dunia. di dunia memang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang mungkin menghanyutkan kita dan melupakan tugas sebenarnya di dunia ini yaitu mencari amal sebanyak-banyaknya. Alam dunia yang sedang kita jalani saat ini adalah rangkaian dari perjalanan kita mendapatkan tempat keabadian yaitu alam akhirat di mana di sana terdapat surga dan neraka. Semua orang pasti menginginkan surga, sebuah tempat yang kaya akan kenikmatan abadi. Jika kita tahu bahwa surga adalah tempat yang ‘WAH’, mungkin kita bisa menyicilnya dari sekarang. Menyicil tabungan beramal baik nan ikhlas tentunya. Bersabarlah sedikit saja dengan menjadi orang baik di dunia karena balasannya akan mengganti kesabaran dan kesulitan-kesulitan kita di dunia.
Dan amalan-amalan itu bukan berarti sebanyak-banyaknya tanpa aturan. Buktinya, jika sekadar amal tanpa pengikat yang kuat, suatu saat pasti semuanya akan tak tersisa sama sekali. Lalu, dengan apa kita mengikat amal-amal itu agar tak terlepas yach?
Kita harus membuat amal itu sah dan sempurna….
Wah, penjelasannya panjang banget yach?
Intinya, setiap amal itu haruslah didasari dengan sebuah niat ikhlas. Hanya niat ikhlas yang dapat menjadi pengikat yang kuat semua amal kita.
Kadang, amal yang banyak, namun akhirnya tercecer karena niatnya yang hanya untuk mencari perhatian selain Allah. Maka lebih baik kita mempunyai amalan yang lumayan, namun semuanya terbawa ketika kita meninggal karena amal itu memang niat kita beramal karena Allah.
“So, luruskanlah niat dalam setiap langkah kita…. Sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan, maka niatlah dengan ikhlas… Lillahi Ta’ala.”